Selasa, 25 November 2014

Sajak "Cinta Itu"

Cinta itu mendengarkan, bukan bicara
Karena setiap hari kita bisa bicara tanpa cinta sedikit pun
Bicara, bicara dan bicara
Tapi perlu cinta untuk mau mendengarkan
Mendengarkan dengan kesadaran
Mendengarkan tanpa lelah dan bosan

Cinta itu memberi, bukan menerima
Apakah para pencinta butuh diterima rasa cintanya?
Apakah para pencinta berharap jawaban iya?
Sama sekali tidak
Kita bisa terus memberi tanpa berharap menerima
Karena demikianlah cinta sebenarnya

Cinta itu memahami, bukan menjelaskan
Semakin dijelaskan, maka semakin goyah pondasinya
Tapi semakin dipahami, semakin dalam akarnya
Jangan tertipu oleh kalimat-kalimat penjelasan
Karena cinta tidak butuh penjelasan
Dia hanya butuh dipahami

Cinta itu perjalanan, bukan pemberhentian
Kita tidak berhenti hanya karena menemukan cinta
Justeru baru dimulai perjalanan panjangnya
Kadang lelah, bosan, bahkan tergoda pergi
Kadang sakit, patah hati bahkan dirundung susah
Tapi perjalanan harus diteruskan

Dan terakhir
Cinta itu adalah bersabar, bukan tergesa-gesa
Bersabar menunggu waktu terbaiknya
Bersabar menunggu orang paling tepat
Bersabar dengan cara paling mulia
Dan tentu saja
Bersabar atas setiap skenario yang terjadi

*Tere Liye

Minggu, 23 November 2014

Kisah Cinta Ali bin Abi Thalib dan Fathimah Az-Zahra - Eramuslim

Kisah Cinta Ali bin Abi Thalib dan Fathimah Az-Zahra - Eramuslim

Perkenalan pun menjadi awal dari luka...Bagaimana mungkin?


Namaku Rindu,,, aku adalah seorang mahasiswi semester 5, yang sedang berjuang untuk menyelesaikan studiku... untuk kemudian menyongsong kehidupan sebenarnya...

Beberapa waktu yang lalu aku mengenal seorang laki-laki.. dengan suara yang tak asing... perawakannya tegap, tak gemuk, kurus mungkin, tingginya mungkin tak lebih dari 170cm dengan rambut yang lurus potongan pendek rapi, kulit yang tak terang juga tak gelap, biasa saja khas kulit Indonesia,, 

Aku mengenalnya dari sahabat terdekatku... Saat itu sahabatku sebut saja dia Chan mampir ke kelas sebelah *tidak benar-benar sebelahan ada sedikit urusan katanya... dan tidak biasanya aku mengikuti urusan sahabatku yang super sibuk itu, ya Chan memang seorang gadis yang aktif berorganisasi, berbeda denganku yang hanya tahu bangku , kelas, pulang, dan tidur. Aku tidak mudah bergaul, atau mungkin tidak bisa gaul, entah apalah itu yang pasti aku sulit bergaul dengan teman sebayaku karena aku cupu, gaptek, kuper banget deh pokoknya ,, 
Karena tak ingin mengganggu, aku membuat sedikit jarak saat Chan mulai dengan urusannya,, jarak yang tak terlalu jauh hingga masih bisa terdengar suara sahabatku itu di telingaku.

Tiba2 Sayup2 terdengar suara jernih laki-laki yang tak asing di telingaku... bukan, bukan suara sahabatku, sejenak telingaku seolah berpikir, aneh bukan? seharusnya otakku yang berpikir.. tapi kali ini telingaku yang berpikir tanpa hasil, yang pada akhirnya malah menikmati setiap kata yang mengalun merdu dengan suara itu... Aku menikmati suara itu meski tak mengerti mengapa telingaku menyukai suara itu tanpa mencoba mencari tahu sumber suara itu berasal.(mungkin otak ku sedang lelah untuk berpikir :)

Tak lama menunggu, Chan memanggilku untuk dikenalkan dengan seseorang. Sejenak otakku, tubuhku, tidak bisa memproses panggilan , mungkin terlalu nyaman dengan suara jernih laki-laki itu, atau mungkin syaraf2 tubuhku tak cukup siap untuk kehilangan moment nyaman tadi hanya untuk berkenalan dengan orang baru. Hingga sahabatku menarikku mendekat, dan laki-laki itu tersenyum kepadaku, memperlihatkan jajaran giginya yang rapi... 
Jika tadi telingaku yang berpikir, kali ini mataku mencoba berpikir mengapa senyuman itu begitu manis dan tak asing...
"Rindu, kenalin ini Bintang teman les (baca:kursus) ku..; Bintang ini Rindu teman sebangku ku.." ucap sahabatku mencoba memperkenalkan kami.
Aku terdiam masih tidak siap untuk berkenalan dengan pemilik senyum manis itu...
"Hai .. aku Bintang.." Sapa pemilik senyum itu seraya mengulurkan tangannya untuk menjabat tanganku.
Aku terkesiap, otakku mulai sedikit bekerja menyatukan potongan rangsangan yang diterima oleh indera pendengar dan indera penglihatanku,"Tunggu dulu.. Astaga ..  Dia, dia pemilik senyum itu, dia juga pemilik suara itu!!!" 
Lagi2 aku terlambat merespon, hingga Chan memukul lenganku menyadarkan ku untuk menerima jabat tangan laki-laki itu...
"Rindu,,," Ucapku singkat, tak siap dengan keadaan.
"Astaga, dia masih tersenyum... bagaimana ini... mataku!! mataku!! jaga kehormatanmu!! jangan terus melihatnya seperti itu!!"
"Bintang, aku balik kelas ya,,, nanti jangan lupa pas les bawain pesenanku tadi" kata Chan sambil mengajakku kembali ke kelas kami.
Ku sempatkan senyuman untuk laki2 itu sebagai salam perpisahan kami, dia pun membalas dengan senyuman yang sama manisnya dengan yang sebelumnya, lalu segera ku ikuti langkah Chan meninggalkan laki-laki istimewa yang mampu mencuri mata, telinga, atau mungkin bahkan hatiku :)

(jika saat ini orang terdekatku yang membaca ini tentu tahu siapa yang sebenarnya aku maksud)
Ya,,Sejak perkenalan singkat itu, senyuman itu, suara itu terus melayang di kepalaku... hingga lembar2 kertas buku ku selalu ada entah itu inisial, entah itu gambar lima sudut membentuk bintang, bahkan tak jarang jari manisku ini menuliskan namanya...BINTANG,  Hingga saat ini pun masih seperti itu, dan itulah mengapa orang terdekatku pasti tahu siapa yang ku maksud :)

Dengan perkenalan indah ini, mengapa? mengapa luka bisa timbul???
Adakah dari kalian tahu....
Perkenalan indah menimbulkan angan, angan menimbulkan harapan, dan penyimpangan dari harapan adalah luka.
Seperti itulah awal luka ini menggores hati, indah bagai mawar... jika tak pandai menanganinya jadilah luka nan menyedihkan.

Sabtu, 22 November 2014

Rindu - Bintang

Bintang : "Rindu,, mengapa kau menangis???"
Rindu   : "Tidak, aku tidak sedang menangis..."
Bintang : "Lalu, mengapakah matamu memerah, dan pipimu basah???"
Rindu   : "Entahlah,, mungkin ada sesuatu yang lama beku, dan kini ia meleleh...."

Kamis, 20 November 2014

Bintang...

Beritahu aku! aku harus bagaimana?,,,, Jika bahkan luka ini pun merindukanmu... . 

Mengerti Rindu

Langit sore itu cerah tanpa kabut, tanpa mendung, tanpa awan...
Udara nan lembut, mengisi ruang sempit di sudut hutan...
Kilatan-kilatan cinta pun turut memeriahkan sore itu...

Hingga Rindu mulai bingung dengan keadaan...
Rindu mulai bertanya-tanya...
Rindu mulai tak sabar dengan ketidakpastian...

Banyak yang tak Rindu mengerti tentang waktu, tentang hari yang lalu... tentang denting jam, menit, bahkan detik detik yang lalu...
Banyak yang tak Rindu mengerti tentang setiap kata, sikap, candaan, tentang setiap detil tali yang ia jalin...
Banyak yang tak Rindu mengerti tentang sore cerah itu... mengapa dalam satu kedipan mata kabut telah mengisi langit... bahkan mulai menyeruak masuk hingga ruangan di sudut hutan itu...

Ketidakmengertian itupun berlanjut ..
Hingga langit tak lagi terang, matahari pun telah terbenam seutuhnya...
Bahkan bintang pun enggan untuk bergabung...

Biarlah... Biarlah Rindu tetap tak mengerti semua hal ini...
Mengertipun seakan tak berguna lagi...
Yang berlalu biarkanlah berlalu...

Cukup Rindu mengerti... Saat ini ia sedang merindu...
Merindukan Sore itu, Merindukan Cahaya itu, Merindukan Kilatan itu,
Bahkan Rindu pun merindukan Kabut itu...
Ya... inilah rindu yang kumengerti...

Senin, 17 November 2014

Memahami LAUT

Suatu ketika,, air ,,
yakin ingin pergi ke nirwana..
ia ikhlas menerima segala panas yang menyengatnya selama ini...
demi mampu menuju nirwana,,,,
karena tiada pencapaian tanpa pengorbanan,,,,
ia ikhlas melepas ikatannya dengan masa lalu,, agar ia menjadi lebih ringan,.,
sehingga mudah menuju nirwana,,,,

tak seorangpun menyadarinya.. perlahan,,, dan ia pun lenyap...
bersama dengan bersinarnya matahari seusai kumandang subuh,,,,

entah adakah yang merindukannya nanti,,,,
entah adakah yang menangisinya nanti,,,,
ia tetap bertekad pergi menuju nirwana...

tak peduli dengan angin yang tak pernah lelah menahannya...
angin yang terus berhembus membelainya demi menghiburnya dari derita panas matahari...
angin yang terus berhembus memintanya jangan pergi,,,
angin yang menghantamkannya ke karang, memaksanya sadar bahwa keinginannya tidaklah mudah,,,
bahkan angin yang menyatakan seluruh perasaannya...

air tetap tak mengubah keinginannya...

Ia meninggalkan ikatan masa lalu,,,meninggalkan segala gemerlap cinta yang tak pantas...menahan sedikit pilu dan kesepian ...dan dengan penuh kesabaran belajar dengan waktu...

Ia percaya bahwa dengan begitu ,,,
kelak di nirwana ia akan berjumpa dengan angin cinta yang lebih sejuk...
lebih lembut.., lebih tenang ,,,
angin yang selalu menginspirasinya menjadi lebih baik lagi...
angin baru yang mampu menyatu bersamanya dengan segala restu ,,, mengarungi nirwana bersama,,,
Dan Air akan memberikan seluruh yang ia jaga, yang ia peroleh,, yang ia pelajari dari perjalanan menuju nirwana,, seluruhnya untuk angin sejuk itu..
karena angin sejuk itu tidak lain adalah imamnya ,,,